Friday, 24 July 2015

SYAWALAN, YANG LAIN BEREBUT LOPIS, WARGA TIRTO BEREBUT ENCENGGONDOK



Moment lebaran syawalan, bagi sebagian masyarakat kota Pekalongan dimanfaatkan untuk bersilaturahmi kepada sanak saudara dan juga mengunjungi tempat-tempat wisata bersama keluarga. Bahkan sebagian besar warga Kota Pekalongan, seminggu pasca lebaran atau lebih dikenal dengan syawalan ini dijadikan ajang mengalap berkah dengan mengunjungi dan berebut Lopis raksasa yang ada di Krapyak.

Namun, tidak untuk sebagian warga Keluarahan Tirto Kota Pekalongan, khususnya warga yang berada dibantaran kali Bremi, tepatnya warga RT.03 RW.01 dan RT.03 RW.08. Beberapa hari terakhir hingga kemarin siang, mereka memilih untuk membersihkan kali mereka. Dengan berbekal parang, pacul, ganco dan sebuah perahu rakitan, warga bahu membahu membersihkan kali yang membelah desa mereka tersebut.

"Mumpung liburan mas, kami memilih melakukan kerjabhakti, daripada buang-buang duit untuk ke tempat wisata", celetuk Khaerudin, salah satu warga yang masih sibuk membersihkan enceng gondok.

Memang, Kali Bremi yang membelah Kelurahan Tirto tersebut memiliki lebar 8 meter dengan panjang kurang lebih 500 meter. Namun, dimusim kemarau seperti saat ini, sungai tersebut selalu ditumbuhi tanaman encenggondok, hingga keberadaan sungai tidak nampak seperti sungai. Apalagi, sungai yang biasa dilewati limbah-limbah industri ini keadaannya sudah mendangkal, namun belum kunjung dinormalisasi oleh pemerintah.

"Dimusim kemarau seperti ini, biasanya enceng tumbuh subur. Jika tidak kami bersihkan, tanaman ini cepat sekali menutup sungai. Kami khawatir, jika nanti musim penghujan tiba, tanaman ini menjadi sumber penyakit dan dapat menyumbat arus air sungai, hingga akhirnya menyebabkan banjir. Selain kami bersihkan Encenggondoknya, kami juga menormalisasi sungai secara manual", jelas Triono.

Ditambahkan Upik, tanaman tersebut tidak mengenal musim dan selalu menyusahkan. Disaat musim kemarau seperti saat ini, tanaman tersebut menjadi sarang nyamuk dan jika musim penghujan menjadi penjumpat arus sungai. Bahkan tak jarang, tanaman kotor tersebut ikut masuk kedalam perkampungan.

"Satu kata untuk tanaman ini, Basmi..!!", tegasnya.
Comments
0 Comments



No comments:

Post a Comment